Tangerang, 01 Juli 2025 – Pemerintah Indonesia terus memperkuat pondasi transformasi industri nasional untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 melalui tiga pilar utama: hilirisasi, digitalisasi ekonomi, dan transisi energi berkelanjutan. Langkah strategis ini diharapkan mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8 persen pada tahun 2029, sesuai target Presiden Prabowo Subianto.
Salah satu upaya konkret yang dilakukan adalah peresmian 37 proyek ketenagalistrikan dengan kapasitas lebih dari 3.200 megawatt. “Ini bukan hanya pembangunan infrastruktur, tetapi juga wujud komitmen dalam memperkuat daya saing industri berbasis energi bersih,” ujar Direktur Jenderal ILMATE Kementerian Perindustrian, Setia Diarta.
Baca juga: Industri Kriya Lokal Tampil Kuat dengan Konsep Slow Fashion
Dalam aspek digitalisasi, pemerintah menargetkan nilai ekonomi digital sebesar USD120 miliar pada tahun 2025 dan berpotensi meningkat hingga USD400 miliar pada 2030. “Transformasi digital adalah tulang punggung pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan, yang membuka ruang besar bagi sektor industri manufaktur dan teknologi nasional,” tambah Setia.
Selain itu, pemerintah juga memprioritaskan pencapaian target Net Zero Emission pada tahun 2060 melalui pengembangan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT), seperti tenaga surya, panas bumi, air, angin, dan bioenergi. Pemerintah mendorong pengembangan industri pendukung EBT, termasuk produksi sel surya, baterai, dan turbin.
Sejalan dengan visi tersebut, Kementerian Perindustrian memberikan apresiasi kepada PT Schneider Electric Indonesia atas peresmian pabrik ketiga di Cikarang. Pabrik ini dianggap strategis dalam memperkuat industri peralatan listrik sekaligus menunjukkan komitmen terhadap energi berkelanjutan.
“Peresmian pabrik ini bukan hanya ekspansi produksi, tetapi simbol kebangkitan industri nasional menuju teknologi tinggi dan ramah lingkungan,” kata Setia.
Pabrik baru ini merupakan bagian dari smart factory global Schneider Electric yang mengadopsi teknologi EcoStruxure™, panel surya atap, automasi berbasis AI, serta digital Factory Acceptance Testing (FAT). Langkah ini mendukung efisiensi operasional dan pengurangan dampak lingkungan.
President Director Schneider Electric Indonesia & Timor-Leste, Martin Setiawan menegaskan bahwa ekspansi ini adalah bentuk dukungan terhadap transformasi industri nasional. “Kolaborasi Indonesia dan Prancis dalam inovasi teknologi hijau menjadi kekuatan bersama menuju masa depan berkelanjutan,” ungkap Martin.
Baca juga: Pabrik Baterai EV Terintegrasi di Karawang Jadi Tonggak Hilirisasi Nikel Indonesia
Senada dengan itu, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Fabien Penone menekankan bahwa kemitraan ekonomi bilateral semakin kuat, dengan Schneider Electric sebagai salah satu perusahaan yang berkomitmen jangka panjang terhadap pembangunan industri Indonesia.
Pemerintah optimistis, sinergi lintas sektor seperti ini akan mempercepat tercapainya industri nasional yang mandiri, hijau, dan berdaya saing global.