Tangerang, 17 Juni 2025 – Tradisi minum kopi lelet, yang telah mengakar kuat di pesisir utara Jawa, kini tak hanya menjadi simbol budaya, tapi juga penggerak ekonomi lokal. Di balik aroma khas kopi yang melekat pada setiap cangkirnya, Kopi Lelet Pandawa asal Desa Sendangagung, Rembang, membuktikan bahwa kearifan lokal dapat berpadu harmonis dengan kemajuan teknologi dan digital.
Didirikan oleh Mohammad Totok Wahyudi pada Oktober 2019, usaha ini bermula dari semangat melestarikan kebiasaan leluhur. Dengan modal awal Rp25 juta dan alat sangrai manual, Totok mulai meracik kopi khas yang dikenal masyarakat Rembang dengan ciri unik: ampasnya digunakan untuk mengoles batang rokok, menciptakan pengalaman ngopi yang khas.
Baca juga: 4 Marketplace Ramah UKM yang Wajib Dicoba di Indonesia
Namun, seiring bimbingan dari Rumah BUMN (RB) Rembang, yang dikelola PT Semen Gresik (anak usaha SIG), Kopi Lelet Pandawa mengalami lompatan besar. Lewat pelatihan manajemen, branding, hingga pemanfaatan platform e-commerce, usaha ini berhasil menjangkau konsumen lintas provinsi dari Pulau Jawa hingga Kalimantan dan Bali.
Dengan harga jual Rp19 ribu per bungkus, produksi harian Kopi Lelet Pandawa kini mencapai 2.100 bungkus dengan omzet rata-rata Rp30 juta per hari. Sebanyak 14 warga lokal terlibat dalam proses produksi, menciptakan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat sekitar.
Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni, menegaskan bahwa keberhasilan Kopi Lelet Pandawa tidak terlepas dari peran strategis Rumah BUMN Rembang. Sejak 2020, lebih dari 495 UMKM telah naik kelas melalui program ini dan menyerap 1.869 tenaga kerja. Menurutnya, pendekatan berbasis budaya lokal menjadi kunci dalam menciptakan UMKM yang berdaya saing sekaligus menjaga karakter daerah.
“Di balik aroma kopi lelet, ada cerita sukses pemberdayaan ekonomi lokal yang kami dorong sebagai bagian dari komitmen terhadap pemerataan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja,” ujar Vita.
Baca juga: Anjloknya Harga Melon dan Semangka Buat Petani Jember Gagal Panen
Transformasi digital yang dilakukan Totok menjadi contoh bahwa inovasi tidak harus mengorbankan tradisi. Sebaliknya, warisan budaya seperti kopi lelet justru bisa menjadi keunggulan kompetitif jika dikemas dengan cerdas dan menjangkau konsumen modern.
Kopi Lelet Pandawa adalah bukti nyata bahwa desa bisa menjadi pusat inovasi ekonomi, dan bahwa dari warung kopi tradisional pun, cita rasa lokal bisa menjangkau panggung nasional.