UKM di Masa Krisis: Strategi Bertahan dan Bangkit

Tangerang, 28 Mei 2025- UKM di masa krisis kerap menjadi garda depan yang paling terdampak, tetapi juga paling gesit dalam beradaptasi. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, naik-turunnya permintaan pasar, serta tekanan biaya produksi, usaha kecil dan menengah memerlukan strategi yang tidak hanya taktis tetapi juga berkelanjutan.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, lebih dari 60 juta unit UKM di Indonesia menyerap lebih dari 90 persen tenaga kerja nasional. Artinya, daya tahan UKM bukan hanya tentang bisnis, melainkan juga soal ketahanan ekonomi nasional. Krisis akibat pandemi, ketegangan geopolitik, serta inflasi global menjadi tantangan nyata yang harus dijawab dengan strategi konkret.

Salah satu langkah penting adalah digitalisasi. UKM yang mampu bertransformasi secara digital cenderung lebih mampu menjangkau pasar yang lebih luas, baik melalui e-commerce, media sosial, maupun platform digital lainnya. Di tengah krisis, digitalisasi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan.

Baca juga: Peran Pemerintah dalam pengembangan UKM

Selain itu, efisiensi operasional menjadi kunci. Banyak pelaku UKM mulai meninjau ulang biaya bahan baku, manajemen stok, hingga model distribusi. Strategi hemat yang cerdas justru dapat meningkatkan ketahanan usaha. Dalam banyak kasus, kolaborasi dengan pelaku usaha lain, koperasi, hingga lembaga pendidikan juga menjadi salah satu jalan keluar yang menjanjikan.

Dukungan Pemerintah

Dukungan pemerintah pun menjadi pilar penting. Program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), pelatihan digital, dan pendampingan usaha harus terus diperkuat. Selain itu, kemudahan akses pasar dan insentif fiskal bagi UKM yang berorientasi ekspor juga perlu diperluas. Pemerintah juga perlu mendorong terciptanya ekosistem bisnis yang inklusif, terutama di daerah-daerah yang selama ini tertinggal secara digital.

Di sisi lain, pelaku UKM juga perlu membangun daya tahan mental dan kepemimpinan yang adaptif. Pemilik usaha kecil yang mampu membaca perubahan dan mengambil keputusan cepat biasanya lebih mampu bertahan di tengah krisis.

Strategi bertahan tentu tidak cukup. UKM juga perlu memiliki visi jangka panjang untuk bangkit. Salah satunya dengan melakukan diversifikasi produk, menjangkau pasar baru, dan memperkuat branding. Bahkan krisis bisa menjadi peluang untuk berinovasi, menciptakan produk ramah lingkungan, atau memanfaatkan tren konsumen yang berubah.

Dengan kombinasi adaptasi teknologi, efisiensi operasional, dukungan kebijakan, serta semangat kolaborasi, UKM Indonesia punya peluang besar tidak hanya untuk bertahan, tetapi juga tumbuh lebih kuat setelah krisis. Sebab, di balik tantangan, selalu ada ruang untuk kebangkitan.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img