Tangerang, 28 Mei 2025 – Tokopedia resmi mengintegrasikan seluruh toko penjualnya ke platform TikTok Shop mulai tahun ini. Kebijakan ini memaksa para seller Tokopedia untuk mengelola aktivitas jual beli, mulai dari SKU, pesanan, hingga promosi melalui TikTok Shop Seller Center. Keputusan ini menandai babak baru dalam dunia e-commerce Indonesia sekaligus menimbulkan beragam pro dan kontra di kalangan pelaku usaha online.
Dikutip dari pengumuman resmi Tokopedia, batas akhir penyelesaian integrasi toko ke TikTok Shop adalah 9 Mei 2025. Seluruh aktivitas operasional toko nantinya akan terpusat dalam satu dashboard terpadu, termasuk pengelolaan iklan yang kini sepenuhnya berada di bawah TikTok Ads Manager, menggantikan sistem Top Ads Tokopedia sebelumnya. Fitur seperti biaya gratis ongkir juga akan berakhir pada 10 Juni 2025.
Baca juga: Emisi Industri Bisa Capai 74,5 Persen, WRI Dorong Percepatan Dekarbonisasi
Transformasi ini didorong oleh revolusi social commerce yang dibawa oleh TikTok Shop. Platform tersebut menggabungkan konten video viral, interaksi langsung dengan pembeli, serta hiburan yang membuat pengalaman berbelanja lebih dinamis dan menarik, berbeda dengan model marketplace tradisional Tokopedia yang berbasis pencarian kata kunci dan harga.
Meski demikian, langkah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan UMKM dan penjual lokal. Banyak yang merasa kehilangan kontrol atas iklan mereka karena sistem iklan TikTok yang semakin otomatis melalui fitur GMV Max. Hal ini memicu pertanyaan, apakah para seller masih bisa mengatur sendiri anggaran dan target iklan mereka, atau malah harus sepenuhnya bergantung pada sistem otomatis yang lebih menguntungkan platform.
Selain itu, ada risiko produk impor yang “berkamuflase” sebagai produk lokal menjadi lebih dominan karena harga yang lebih kompetitif, sehingga menekan keberlangsungan bisnis UMKM asli Indonesia. Kondisi ini dianggap sebagai tantangan berat yang harus diantisipasi para seller agar tetap bertahan.
Indonesia, dengan lebih dari 170 juta pengguna internet dan hampir 100 juta aktif di media sosial, menjadi pasar strategis bagi TikTok. Social commerce dinilai lebih sesuai dengan perilaku konsumen Indonesia yang menyukai konten video dan interaksi sosial dalam berbelanja.
Baca juga: Hijaukan Kota dan Tingkatkan Pendapatan, Pusri Gelar Pelatihan Urban Farming di Palembang
Penulis sekaligus praktisi e-commerce Ryo Gandi menyarankan para seller untuk waspada dan menyiapkan strategi cadangan. “Jadilah seller yang bijak dan adaptif agar tidak hanya dimanfaatkan oleh platform besar,” ujarnya dalam video terbaru.
Integrasi Tokopedia ke TikTok Shop menandai perubahan besar di ekosistem e-commerce Indonesia. Para pelaku usaha diharapkan mampu beradaptasi dengan cepat agar tetap kompetitif dan dapat memanfaatkan peluang baru yang ditawarkan oleh era social commerce.