Tekstil dari Kombucha, Solusi Hijau untuk Industri Fesyen Global

Tangerang, 27 Mei 2025 – Para ilmuwan berhasil mengembangkan inovasi revolusioner yang mengubah kombucha minuman fermentasi tradisional menjadi bahan tekstil ramah lingkungan. Penemuan ini diyakini mampu membawa perubahan besar bagi industri fesyen global yang selama ini dikenal industri fesyen menghasilkan limbah besar dan emisi tinggi.

Melansir Happy Eco News, Rabu (21/5/2025), kunci dari inovasi ini terletak pada SCOBY (Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast), yaitu kultur simbiosis antara bakteri dan ragi yang terbentuk saat fermentasi kombucha. Ketika SCOBY diberi asupan gula dan minuman berkafein seperti teh atau kopi, bakteri di dalamnya memproduksi selulosa mikroba bahan berserat tinggi yang dapat dipanen dan diolah menjadi kain alternatif.

Baca juga: MHKI Dorong Pertumbuhan Industri Hijau Lewat Ekspansi di Jatim

Bahan hasil fermentasi ini memiliki sifat yang lebih unggul dibandingkan kapas. Tekstil dari kombucha disebut 10 kali lebih kuat dari katun, mampu menyerap cairan dengan baik, tidak beracun, serta dapat terurai secara hayati. Biaya produksinya juga lebih murah, yakni sekitar USD 3-4 per pon, dibandingkan kapas yang mencapai USD 6-7 per pon.

Sebagai perbandingan, produksi kapas konvensional menghabiskan hingga 22.000 liter air per kilogram serat dan menggunakan pestisida dalam jumlah besar. Di sisi lain, kain sintetis seperti poliester menyumbang masalah lingkungan karena berasal dari bahan bakar fosil dan menghasilkan mikroplastik sepanjang siklus hidupnya.

Tak hanya ramah lingkungan, tekstil dari kombucha memiliki sifat antibakteri alami, bisa diwarnai, dijahit, bahkan dibentuk menyerupai kulit. Potensi aplikasinya pun luas, dari pakaian, aksesori, hingga perban medis. Salah satu metode produksi yang dikembangkan bahkan memungkinkan selulosa tumbuh langsung dalam cetakan pakaian, menghilangkan limbah potongan kain hingga 20 persen.

Meski menjanjikan, adopsi teknologi ini masih menghadapi beberapa tantangan. Produksi selulosa saat ini masih terbatas dan memerlukan pengembangan sistem fermentasi skala besar yang efisien. Selain itu, proses fermentasi menghasilkan air limbah asam yang sulit diolah kembali dan membutuhkan penanganan khusus.

Baca juga: BNI Gandeng Startup dan E-Commerce untuk UMKM Go Digital

Konsumsi air yang tinggi juga menjadi isu kritis. Para peneliti kini tengah menjajaki sistem fermentasi tertutup dan penggunaan ulang air untuk mengatasi masalah ini.

Meski masih dalam tahap awal, para ilmuwan optimis bahwa tekstil dari kombucha akan menjadi masa depan mode berkelanjutan. Dengan terus dikembangkan, inovasi ini bisa menjadi solusi nyata bagi industri tekstil global dalam mengurangi jejak karbon dan limbah yang dihasilkannya.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img