Tangerang, 27 Mei 2025 – Industri kecil dan menengah (IKM) di sektor bahan bangunan semakin terbuka peluangnya untuk menghasilkan produk berkualitas dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah batu bara berupa fly ash dan bottom ash (FABA). Limbah yang sebelumnya dikategorikan sebagai non B3 ini kini diolah menjadi bahan baku alternatif pembuatan batako dan paving block.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA), Reni Yanita, menegaskan bahwa pihaknya terus mendorong pemanfaatan FABA sebagai solusi bahan baku dalam pengembangan IKM di seluruh Indonesia.
Baca juga: GETI Incubator dan Disnaker Kota Tangerang Gelar Pelatihan untuk Difabel Content Creator
“Kami bertanggung jawab dalam pengembangan potensi IKM sektor bahan bangunan, salah satunya dengan mengangkat pemanfaatan FABA sebagai bahan substitusi pembuatan batako dan paving block,” kata Reni di Jakarta, Jumat (23/5).
Kementerian Perindustrian melalui Ditjen IKMA telah merumuskan kebijakan pemberdayaan IKM bahan bangunan yang mencakup standardisasi, peningkatan daya saing, serta teknologi industri. IKM yang menjadi sasaran pembinaan mencakup produsen batu bata, batako, paving block, roaster, bata expose, hingga genteng.
Untuk memastikan kelancaran distribusi bahan baku FABA, Ditjen IKMA secara resmi menjalin kerja sama dengan PT PLN (Persero) melalui Nota Kesepahaman tentang Pemanfaatan FABA, yang ditandatangani pada 22 Mei 2025. Kerja sama ini menjadi landasan hukum bagi pengembangan IKM bahan bangunan berbasis limbah batu bara.
Direktur IKM Pangan, Furnitur dan Bahan Bangunan, Bayu Fajar Nugroho, mengungkapkan bahwa Ditjen IKMA telah menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) pembuatan batako dan paving block berbasis FABA di sejumlah daerah, termasuk Lombok yang bekerja sama dengan PLTU Jeranjang.
“Melalui bimtek ini, pelaku IKM diberikan pelatihan mengenai pengolahan limbah, cara kerja mesin cetak batako, dan formulasi campuran FABA yang tepat hingga pengujian kekuatan produk,” ujar Bayu.
Baca juga: Peningkatan Akses Pembiayaan UMKM Perempuan
Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa batako berbasis FABA mampu memenuhi standar SNI dengan kekuatan tekan mencapai 316 kg/cm³, bahkan memiliki harga yang lebih murah dibanding batako konvensional. Produk ini juga dinilai lebih ramah lingkungan dan inovatif.
Ditjen IKMA berharap inisiatif ini dapat diperluas ke daerah lain melalui kerja sama berkelanjutan dengan PLTU dan BUMN lainnya. Langkah ini sekaligus mendukung prinsip ekonomi sirkular dengan mengubah limbah menjadi sumber daya bernilai tambah tinggi.