Limbah Tekstil Mencapai 92 Juta Ton Setiap Tahun, Dampak Besar bagi Negara Berkembang

Tangerang, 09 April 2025 – Masalah lingkungan yang semakin mendalam kini turut melanda sektor industri tekstil, terutama dunia fesyen. Setiap tahunnya, sekitar 92 juta ton limbah tekstil dihasilkan secara global, dan sebagian besar dari limbah ini dialihkan ke negara-negara berkembang, yang menjadi tempat pembuangan pakaian bekas dengan dalih program daur ulang. Fenomena ini menjadi tantangan besar dalam upaya mengurangi emisi karbon dan limbah, yang mengancam keberlanjutan sektor mode.

Menurut laporan Program Lingkungan PBB (UNEP), produksi pakaian global telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 2000. Lonjakan produksi ini membawa dampak buruk bagi lingkungan, mulai dari polusi, perubahan iklim, hingga konsumsi berlebihan terhadap sumber daya alam dan ruang terbuka. Hal ini menciptakan tekanan besar terhadap negara-negara berkembang yang menjadi tempat pembuangan limbah tekstil.

Baca juga: Energi Terbarukan Jadi Jawaban Tantangan Permintaan Listrik Global 2024

Limbah tekstil yang dihasilkan setiap tahun setara dengan satu truk sampah pakaian yang dibakar atau dikirim ke tempat pembuangan sampah setiap detik. Sebagian besar pakaian yang tidak diinginkan ini berakhir di negara-negara berkembang. Dalam laporan UNEP, disebutkan bahwa pakaian bekas ini perlahan membusuk dan mencemari tanah serta saluran air dengan bahan kimia dan mikroplastik, yang memperburuk pencemaran lingkungan.

Masalah ini semakin diperburuk dengan model bisnis “mode cepat” yang mengutamakan produksi pakaian murah dan tren yang berganti cepat. Model ini mengarah pada konsumsi berlebihan, sementara industri mode sendiri bertanggung jawab atas sekitar 8 persen dari total emisi gas rumah kaca global dan juga merupakan salah satu konsumen air terbesar di dunia.

Baca juga: Pemkab Penajam Paser Utara Dorong UMKM Bertransformasi Digital untuk Perluas Pasar

Dalam upaya untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh industri mode, laporan UNEP 2023 menyarankan beberapa langkah strategis. Industri mode harus mengurangi jumlah pakaian yang diproduksi, mendesain pakaian yang lebih tahan lama, menghindari penggunaan bahan kimia berbahaya, dan mencegah pelepasan serat mikro ke lingkungan. Selain itu, penting untuk meningkatkan program daur ulang dan penggunaan kembali pakaian, serta memerangi konsumsi berlebihan yang semakin merusak planet ini.

Pentingnya kesadaran terhadap dampak lingkungan dari industri tekstil semakin mendesak, apalagi di tengah peringatan Hari Bebas Sampah Internasional pada 30 Maret lalu, yang menyoroti sektor mode dan tekstil sebagai salah satu penyumbang utama sampah dunia. Dengan mengutamakan keberlanjutan dan mendukung desain serta produksi yang ramah lingkungan, industri mode diharapkan dapat mengurangi jejak karbonnya dan memberikan dampak positif bagi lingkungan global.

Artikel ini menunjukkan betapa pentingnya perubahan paradigma dalam industri fesyen dan perlunya kolaborasi antara desainer, produsen, dan konsumen untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img