Tangerang, 27 November 2025 – Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara disarankan untuk lebih fokus berinvestasi di sektor hijau, khususnya dalam pengembangan energi terbarukan. Langkah ini dianggap dapat meningkatkan kredibilitas lembaga manajemen aset tersebut, yang saat ini menghadapi pandangan pesimistis dari publik terhadap prospeknya.
Tata Mustasya, Direktur Eksekutif Yayasan Kesejahteraan Berkelanjutan Indonesia (Sustain), menekankan bahwa Danantara dapat mencontoh portofolio investasi badan investasi Singapura, Temasek, yang tahun lalu mengalokasikan investasi berkelanjutan sebesar US$32,6 miliar, atau sekitar 11% dari total portofolio mereka. “Investasi berkelanjutan seperti yang dilakukan Temasek sudah terbukti berhasil, dan ini menjadi contoh baik bagi Indonesia,” ujar Tata dalam siaran pers pada Rabu (26/3/2025).
Baca juga: PosSaku Bantu Digitalisasi UMKM Aceh Lewat Sosialisasi Bersama Bank Aceh
Selain itu, Tata mengungkapkan bahwa Indonesia bisa mengikuti jejak China dan Vietnam dalam pengembangan energi terbarukan. China, yang tercatat memimpin pengembangan energi terbarukan global, berhasil memecahkan rekor dalam instalasi tenaga surya dan angin pada 2024, dan menyumbang 58% dari total ekspansi global pembangkit tenaga surya pada 2023, dengan kapasitas terpasang lebih dari 700 gigawatt. Sementara itu, Vietnam juga memimpin kawasan Asia Tenggara dengan pemasangan 13 GW tenaga surya sejak 2017, yang didorong oleh kebijakan progresif dan insentif bagi pengembang serta konsumen tenaga surya.
Tata menilai bahwa investasi di energi terbarukan, khususnya tenaga surya dan angin, akan memberikan keuntungan lebih besar bagi Danantara dibandingkan dengan sektor ekstraktif seperti gasifikasi batu bara. Berdasarkan perhitungan dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), proyek gasifikasi batu bara diperkirakan dapat merugi hingga US$377 juta. Selain itu, proyek ini juga akan membutuhkan subsidi sebesar US$354 per ton dimethyl ether (DME) fuel yang dihasilkan.
Baca juga: MPMRent Perkuat Digitalisasi untuk Layanan Transportasi Usaha
Mutya Yustika, Energy Finance Specialist IEEFA, juga menekankan bahwa iklim investasi global kini semakin mengedepankan aspek keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah melalui Danantara perlu mempertimbangkan alternatif investasi yang berfokus pada pengembangan energi bersih, seperti energi surya dan angin, yang lebih menguntungkan dan memiliki risiko lebih rendah dibandingkan dengan proyek ekstraktif. “Investasi dalam energi bersih tidak hanya memberikan imbal hasil yang lebih menguntungkan dengan periode pengembalian yang singkat, tetapi juga dapat memperkuat rantai pasokan sektor industri di Indonesia,” tambah Mutya.
Dengan komitmen untuk memperkuat sektor energi terbarukan, Danantara berpeluang untuk meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global, sekaligus memberikan dampak positif bagi keberlanjutan lingkungan. Sebagai langkah konkret, investasi yang berkelanjutan di sektor hijau akan menjadi tonggak penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan di masa depan.