Perekonomian Global 2025 dan Dampaknya pada Indonesia

Tangerang, 1 Maret 2025 – Kondisi perekonomian global terus mengalami dinamika yang memerlukan perhatian serius. Kebijakan ekonomi Amerika Serikat seperti pengetatan arus migrasi, pemotongan pajak korporasi, dan penerapan berbagai tarif impor diprediksi akan meningkatkan inflasi AS serta menciptakan ketidakpastian global. Hal ini turut berdampak pada pelemahan nilai tukar Rupiah.

Meski terdapat tantangan global, sektor industri nasional tetap menunjukkan performa positif. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Februari 2025 mencatat ekspansi dengan angka 53,15, meningkat 0,05 poin dibandingkan Januari 2025 dan naik 0,59 poin dari Februari tahun lalu. Menurut Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, peningkatan ini didukung oleh ekspansi pada 21 subsektor industri yang memberikan kontribusi sebesar 97,7% terhadap PDB Triwulan IV 2024.

Baca juga: BPJPH Dorong Sertifikasi Halal di Kantin Kemendag

Peningkatan IKI ini didorong oleh ekspansi pada variabel pesanan baru yang naik 1,83 poin menjadi 54,57. Sementara itu, variabel produksi mengalami sedikit perlambatan menjadi 50,55, turun 2,84 poin dari bulan sebelumnya, dan variabel persediaan tetap ekspansi di angka 53,52 meskipun turun 0,06 poin dibandingkan Januari 2025.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2025 mengalami sedikit penurunan sebesar 0,5 poin dibandingkan Desember 2024. Hal ini terjadi akibat penurunan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) serta perubahan pola konsumsi masyarakat. Data menunjukkan bahwa proporsi konsumsi terhadap pendapatan pada kelompok pengeluaran Rp3,1 – 4 juta turun dari 72,8% di Desember 2024 menjadi 70,9% pada Januari 2025. Di sisi lain, porsi pembayaran cicilan meningkat di semua kategori pengeluaran, menunjukkan pergeseran prioritas keuangan masyarakat dari konsumsi ke pembayaran utang.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi industri dalam negeri adalah meningkatnya impor produk elektronik murah. Menurut data Kementerian Perindustrian, utilisasi industri elektronik nasional masih di bawah 40%. Banyak perusahaan dalam sektor ini berperan ganda sebagai produsen sekaligus importir, akibat tidak stabilnya permintaan domestik dan minimnya regulasi perlindungan industri.

Baca juga: Strategi Baru Dinas Dagperinkopukm Buleleng untuk UMKM 2026

Juru bicara Kemenperin menekankan pentingnya regulasi seperti pembatasan impor, perluasan penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), serta pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada produk elektronik secara menyeluruh. Pemerintah juga diharapkan dapat mengalokasikan belanja APBN/APBD serta BUMN/BUMD untuk mendukung produk elektronik dalam negeri.

Dalam upaya mempercepat pertumbuhan sektor manufaktur, Kementerian Perindustrian mendukung pembentukan Danantara, yang diharapkan dapat menjadi sumber pendanaan bagi program hilirisasi industri. Gelombang pertama investasi Danantara senilai USD 20 miliar akan dialokasikan ke proyek industrialisasi strategis, termasuk sektor petrokimia.

Kemenperin menegaskan bahwa investasi ini penting untuk melengkapi rantai industri dalam negeri serta mendukung visi industrialisasi yang menjadi prioritas Presiden Prabowo Subianto. Dengan dukungan regulasi yang tepat dan investasi yang terarah, industri nasional diharapkan dapat terus berkembang meski menghadapi tantangan global.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img