Tangerang, 19 Februari 2025 – Digitalisasi kini menjadi kunci kesuksesan bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Barat. Salah satu contoh sukses adalah Tione Afifaya Dumamika, pemilik brand fashion Begayabyta. Sejak memulai usaha pada 2019, Tione tidak hanya memanfaatkan desain produk lokal yang khas, seperti kain tenun Kalimantan Barat, tetapi juga aktif mempromosikan produknya melalui media sosial (Medsos), terutama Instagram. Keberhasilan pemasaran digital ini membawanya tampil di ajang Indonesia Sharia Economic Festival berkat perhatian dari Bank Indonesia.
Baca juga: Pemanfaatan Digital dan Desain Kemasan untuk UMKM Kalsel
“Semua serba digital sekarang, jadi pelaku UMKM harus mengikuti perkembangan ini agar bisnis bisa berkembang, terutama di bidang promosi,” ujar Tione, yang merupakan alumnus Magister Desain Universitas Telkom Bandung. Dalam perjalanannya, Tione menyadari bahwa pemasaran online dan kolaborasi dengan influencer menjadi strategi efektif untuk memperluas jangkauan produk.
Selain itu, Tione juga aktif menggunakan sistem pembayaran digital QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard), yang memungkinkan transaksi lebih mudah dan tanpa ribet. Sejak menjadi mitra binaan Bank Indonesia Kalimantan Barat pada 2022, Tione mengaplikasikan QRIS untuk memudahkan pelanggan dalam melakukan pembayaran.
Baca juga: Sayur Ramah Lingkungan, PNS Lampung Raih Omset Jutaan
Tidak hanya Tione, pemilik Kain Pantang Sintang, Hetty Kus Endang, juga merasakan manfaat digitalisasi. Produk kain tenun Sintang yang ia hasilkan bahkan dipakai oleh Presiden Jokowi dalam acara Gala Dinner KTT World Water Forum 2024 di Bali. “Dengan digitalisasi, pemasaran produk bisa lebih luas, bahkan jangkauan internasional,” ungkap Hetty. Selain memasarkan produknya secara online, Hetty juga menggunakan platform digital untuk mempermudah proses pemesanan dan transaksi.
Dukungan dari Bank Indonesia sangat penting untuk pengembangan UMKM, terutama dalam mengadopsi teknologi digital. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto Indonesia mencapai 61%, lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya yang hanya 40%. “UMKM punya ketahanan yang tinggi, terutama dalam menghadapi krisis seperti badai COVID-19. Digitalisasi, termasuk penggunaan QRIS, menjadi kunci untuk memfasilitasi UMKM dalam ekosistem digital,” jelas Filianingsih.
Pemerintah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga berperan dalam mendukung UMKM, termasuk melalui pembiayaan yang lebih mudah diakses. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalimantan Barat atau Bank Kalbar turut berperan aktif dalam menyalurkan KUR, memberikan edukasi dan pendampingan untuk memastikan pinjaman tersebut tepat guna bagi pelaku usaha.
Dengan terus memperkenalkan teknologi digital dan memberikan akses pembiayaan yang mudah, UMKM di Kalimantan Barat berpotensi untuk tumbuh dan berkembang, bahkan di pasar global. Digitalisasi bukan hanya soal promosi, tetapi juga membuka peluang bagi UMKM untuk meningkatkan kualitas produk dan daya saing di tingkat nasional maupun internasional.