Setelah PHK 100, eFishery Kembali PHK 300 Karyawan di Februari 2025

Tangerang, 12 Februari 2025 – Startup eFishery, yang bergerak di bidang teknologi akuakultur, kembali melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 300 karyawannya pada Februari 2025. Langkah ini diambil hanya sebulan setelah perusahaan tersebut mengumumkan PHK terhadap 100 karyawan pada Januari 2025, menandakan adanya kondisi keuangan dan operasional yang semakin sulit dihadapi oleh perusahaan.

Informasi terbaru mengenai PHK ini mencuat setelah Serikat Pekerja PT Multi Teknologi Nusantara (MTN), yang mengelola eFishery, melakukan audiensi bersama Wakil Menteri Tenaga Kerja, Emanuel Ebenzer, pada 21 Januari 2025. Dalam audiensi tersebut, Serikat Pekerja memperkirakan akan ada gelombang PHK lebih besar yang terjadi pada Februari 2025, yang akhirnya terbukti dengan keputusan terbaru perusahaan.

Baca juga: Pemanfaatan BBG untuk Transportasi Hijau Jadi Fokus Kerja Sama PGN dan Aerotrans

Meski keputusan PHK tersebut sulit, perusahaan tetap memberikan pesangon sesuai dengan hak karyawan yang terdampak. Situasi ini juga mendapat perhatian lebih besar setelah eFishery melibatkan pihak ketiga independen, FTI Consulting, untuk melakukan kajian menyeluruh terkait tata kelola perusahaan dan kondisi keuangan yang tengah terpuruk.

Menurut pernyataan dari Dewan Direksi eFishery, keputusan ini diambil setelah adanya temuan dugaan pelanggaran dan penipuan oleh manajemen sebelumnya. Berdasarkan laporan sementara FTI Consulting, ditemukan adanya ketidaksesuaian antara laporan keuangan yang diajukan kepada investor dan kondisi sebenarnya perusahaan. Investigasi internal yang dimulai dari laporan whistleblower mengungkapkan bahwa eFishery selama ini telah menggelembungkan pendapatan hampir $600 juta (setara dengan Rp9,74 triliun) dalam sembilan bulan yang berakhir pada September 2024.

Baca juga: Pertamina Bangun Infrastruktur Energi Hijau Lewat Sinergi PGEO dan Pertagas

Padahal, pada periode yang sama, eFishery seharusnya mengalami kerugian sebesar $35,4 juta (sekitar Rp575 miliar), bukan laba yang dilaporkan sebesar $16 juta. Temuan ini tentu menjadi pukulan besar bagi kepercayaan investor terhadap perusahaan.

Dengan kondisi yang semakin sulit ini, eFishery berusaha untuk menyelaraskan biaya operasionalnya dengan skala bisnis yang lebih realistis. Meskipun perusahaan harus mengambil langkah-langkah yang tidak populer, seperti PHK, manajemen berharap ini dapat membantu menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.

Keputusan tersebut tidak hanya berdampak pada perusahaan, tetapi juga turut mengguncang ekosistem startup di Indonesia. Berbagai pihak berharap agar eFishery segera pulih dan dapat kembali beroperasi secara stabil.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img