Tangerang, 12 Februari 2025 – Grup Pertamina tengah melakukan kajian pengembangan bahan bakar bersih sebagai cikal bakal pembangunan pusat energi hijau raksasa di Indonesia. Kolaborasi ini melibatkan dua entitas besar milik Pertamina, yaitu PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Pertamina Gas (Pertagas). Dalam kerjasama ini, kedua perusahaan berkomitmen untuk mengembangkan hidrogen hijau dan amonia hijau, yang diharapkan akan mendukung agenda dekarbonisasi di Indonesia.
Baca juga: Transformasi Digital UMKM Desa Botolambat Lewat Desain Grafis
Sekretaris Perusahaan PGEO, Kitty Andhora, menjelaskan bahwa PGEO berperan mendukung produksi hidrogen hijau dan amonia hijau yang akan dimanfaatkan dalam berbagai sektor industri dan transportasi. Hal ini sejalan dengan kapasitas besar PGEO dalam menyediakan listrik rendah emisi melalui pembangkit listrik tenaga panas bumi. Kolaborasi ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan energi hijau di Indonesia, sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Sementara itu, Pertagas yang merupakan bagian dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), akan berfokus pada penyimpanan dan distribusi hidrogen hijau serta amonia hijau. Sebagai perusahaan yang mengelola jaringan pipa transmisi gas sepanjang 2.930 km di Indonesia, Pertagas memiliki keahlian dalam mengelola infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung distribusi energi hijau ini ke berbagai sektor.
Baca juga: Strategi Digital & Wholesale Dorong Bank Mandiri Tumbuh 11,6%
“Kerja sama ini akan mempercepat pengembangan hydrogen hijau dan amonia hijau, serta menjadi landasan bagi Pertamina dalam membangun pusat energi hijau atau green energy hub di Indonesia,” kata Kitty dalam keterangannya pada Kamis, 6 Februari 2025. Menurutnya, sinergi antara PGEO dan Pertagas ini penting dalam menciptakan ketahanan energi dan mendukung hilirisasi industri energi hijau di Indonesia.
Kitty juga menambahkan bahwa peluang Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri energi hijau sangat terbuka lebar, mengingat belum ada pemain dominan di sektor ini. Dengan kecepatan Pertamina dalam mengembangkan teknologi serta kemampuan untuk mengoptimalkan infrastruktur dan rantai pasok, Pertamina berpotensi memimpin dalam sektor energi hijau.
Kerjasama ini juga merupakan bagian dari strategi PGEO untuk mengembangkan sektor panas bumi di hulu, sekaligus memperluas pemanfaatannya di hilir melalui ekosistem industri hijau yang terintegrasi. Proyek ini mencakup pengembangan manufaktur komponen pembangkit listrik panas bumi dan diversifikasi bisnis hijau seperti hidrogen.
Setelah kajian teknis selesai, PGEO dan Pertagas akan melanjutkan studi kelayakan untuk menilai beberapa aspek penting dari proyek ini, termasuk potensi investasi, pengembangan skema bisnis, serta pemilihan teknologi yang tepat. Lokasi yang dipilih untuk proyek ini akan berada di wilayah kerja panas bumi (WKP) yang dikelola PGEO, yang dipilih berdasarkan potensi optimal untuk produksi hidrogen hijau dan amonia hijau.
Dengan adanya sinergi ini, PGEO dan Pertagas semakin memperkuat peran Grup Pertamina dalam mendukung transisi energi nasional menuju emisi nol pada 2060. Melalui inovasi dan kolaborasi, Pertamina berkomitmen untuk berkontribusi dalam pencapaian target-target besar dalam mengurangi dampak perubahan iklim di masa depan.
Artikel ini memberikan gambaran tentang komitmen Pertamina dalam mendorong transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, dengan mengembangkan bahan bakar hijau untuk mendukung pembangunan pusat energi hijau terbesar di Indonesia.