Xanh SM Tawarkan Taksi Listrik, Memperketat Persaingan Transportasi Indonesia

Tangerang, 1 Februari 2025 – Kehadiran Xanh SM, pemain baru asal Vietnam, semakin memanaskan persaingan dalam bisnis transportasi di Indonesia. Tidak hanya menawarkan alternatif baru bagi konsumen, Xanh SM juga memiliki misi untuk memperluas penetrasi mobil listrik di pasar domestik, melalui armada taksi listrik yang sepenuhnya terdiri dari mobil listrik produksi VinFast, perusahaan induknya.

Xanh SM mulai beroperasi di Indonesia pada 18 Desember 2024, dengan target pengoperasian 1.000 unit taksi listrik pada tahap awal, yang direncanakan akan meningkat menjadi 10.000 unit pada 2025. Semua armada yang digunakan oleh Xanh SM merupakan mobil listrik model VF e34 yang diproduksi oleh VinFast. Kehadiran perusahaan ini membawa angin segar untuk transportasi ramah lingkungan, tetapi juga memicu diskusi mengenai dampak jangka panjangnya terhadap ekosistem transportasi lokal.

Baca juga: Kemenperin Dorong Teknologi Carbon Capture untuk Dekarbonisasi

Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha (LKPU) Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), Ditha Wiradiputra, model bisnis Xanh SM patut dicermati lebih lanjut. Ditha menilai bahwa meskipun menawarkan alternatif baru untuk konsumen, strategi bisnis yang digunakan bisa menimbulkan ketidakseimbangan di pasar transportasi lokal. Ditha mengibaratkan situasi ini seperti apabila produsen pesawat terbang besar seperti Boeing atau Airbus membuka maskapai penerbangan mereka sendiri, yang dapat memengaruhi persaingan di industri tersebut.

“Ini strategi yang sah, tapi perlu dipertimbangkan dampaknya. Jangan sampai kehadiran Xanh SM menciptakan ketidakseimbangan di pasar dan berdampak negatif pada mitra pengemudi yang sudah beroperasi lebih dulu,” ungkap Ditha.

Baca juga: Apindo Soroti Tantangan Akses Pasar UMKM Indonesia

Model bisnis Xanh SM yang mengandalkan armada mobil listrik dari perusahaan induknya dapat dipahami sebagai upaya untuk mempercepat penetrasi produk VinFast di pasar Indonesia. Namun, Ditha mengingatkan bahwa langkah ini berpotensi merugikan pemain lama di pasar, termasuk perusahaan ride-hailing dan mitra pengemudi yang sudah beroperasi di Indonesia.

Pemerintah, menurut Ditha, perlu mempertimbangkan regulasi yang mengatur model bisnis seperti ini untuk melindungi seluruh pelaku usaha di sektor transportasi. Regulasi yang tepat diharapkan bisa menciptakan iklim persaingan yang sehat dan menjaga keberlanjutan usaha bagi semua pihak.

Sementara itu, Xanh SM mengklaim bahwa kehadirannya akan memperluas pilihan transportasi ramah lingkungan bagi masyarakat Indonesia. Namun, para pemangku kepentingan diharapkan untuk terus memantau dan mengevaluasi dampak jangka panjang dari model bisnis ini, baik terhadap industri transportasi maupun otomotif di Indonesia.

Kehadiran Xanh SM ini juga memberikan tantangan bagi perusahaan transportasi konvensional yang telah lebih dulu beroperasi, termasuk Blue Bird yang telah merespons kehadiran taksi listrik ini. Perkembangan industri taksi listrik di Indonesia tentu perlu diikuti dengan kebijakan dan strategi yang dapat menjaga keberlanjutan pasar dan meminimalisir dampak negatif terhadap pelaku usaha lokal.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img