Tangerang, 23 Januari 2025 – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menekankan pentingnya penguatan soft skills bagi tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi pesatnya perkembangan teknologi di era digital. Hal ini disampaikan Menaker dalam Kuliah Umum yang bertajuk “AI, Soft Skills, and the Future Workforce” yang berlangsung di Universitas Andalas (Unand), Padang, Sumatera Barat, pada Jumat (10/1/2025).
Menurut Menaker, kemajuan teknologi digital yang cepat memberikan tantangan sekaligus peluang baru bagi dunia kerja. Berdasarkan laporan Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum (WEF), sekitar 86% perusahaan mengungkapkan bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) mendorong transformasi bisnis. Seiring dengan itu, selain penguasaan keterampilan teknis atau hard skills seperti AI dan Big Data, pengembangan soft skills seperti creative thinking, ketangguhan (resilience), kepemimpinan (leadership), serta analytical thinking menjadi kunci keberhasilan bagi tenaga kerja di masa depan.
Baca juga: Target Pertumbuhan Industri Nasional 8 Persen pada 2028
“Tenaga kerja sebagai potensi manusia tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada pengembangan potensi holistik,” ujar Yassierli. Ia menambahkan bahwa penguatan soft skills dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja, menjadikannya lebih adaptif dan siap menghadapi perubahan cepat di dunia kerja.
Dalam kesempatan tersebut, Menaker juga menekankan pentingnya pendekatan people-centric dalam pengembangan tenaga kerja Indonesia. Pendekatan ini memprioritaskan manusia sebagai pusat dari proses perancangan kebijakan, pengambilan keputusan, serta pengembangan organisasi. Menurutnya, pendekatan ini akan memastikan bahwa setiap kebijakan dan langkah pengembangan tenaga kerja mampu mendukung kesejahteraan serta meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di kancah global.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 menunjukkan bahwa sektor informal masih mendominasi lapangan kerja di Indonesia. Selain itu, sebagian besar tenaga kerja Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah, dengan mayoritas lulusan SD atau SMP. Hal ini menjadikan tantangan besar dalam menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan siap bersaing di dunia yang semakin digital.
Menanggapi hal tersebut, Menaker mengajak dunia akademis, industri, dan pemerintah untuk berkolaborasi dalam membangun ekosistem ketenagakerjaan yang inklusif dan adaptif terhadap perubahan teknologi. “Kita harus terus belajar dan berinovasi, memadukan teknologi dengan kearifan lokal, agar mampu menciptakan tenaga kerja yang kompeten, berdaya saing, dan berkontribusi bagi pembangunan bangsa,” tambahnya.
Baca juga: Sertifikat Halal Wajib di 2026, UMKM Sumenep Siap?
Penguatan soft skills, menurut Yassierli, merupakan salah satu langkah strategis yang harus dilakukan dalam mempersiapkan tenaga kerja Indonesia yang tidak hanya siap menghadapi tantangan zaman, tetapi juga berkontribusi aktif dalam kemajuan perekonomian digital. Dengan kolaborasi antara sektor pendidikan, industri, dan pemerintah, Indonesia diharapkan dapat menghasilkan tenaga kerja yang unggul, adaptif, dan siap bersaing di era digital global.