Tangerang, 18 Desember 2024 – Bank Indonesia (BI) melaporkan perkembangan terbaru mengenai aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia pada minggu kedua Desember 2024. Berdasarkan data transaksi 9-12 Desember 2024, investor nonresiden mencatat beli neto sebesar Rp 7,33 triliun, menunjukkan dinamika positif di pasar keuangan nasional.
Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), investor asing mencatatkan beli neto signifikan sebesar Rp 8,84 triliun, yang menjadi kontributor utama terhadap aliran modal masuk tersebut. Namun, di sisi lain, pasar saham mencatat jual neto sebesar Rp 1,31 triliun, serta jual neto sebesar Rp 0,20 triliun pada Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Baca juga: Tak Disangka! Rp265 Triliun Insentif untuk UMKM di 2025
Meski aliran modal masuk menunjukkan tren positif, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS mengalami sedikit pelemahan. Pada Kamis (12/12), Rupiah ditutup pada level Rp 15.920 per dolar AS, dan melemah tipis menjadi Rp 15.945 pada Jumat (13/12).
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso.
Faktor eksternal turut memberikan tekanan pada Rupiah, seperti penguatan indeks dolar AS (DXY) yang mencapai level 106,96 dan kenaikan yield UST 10 tahun menjadi 4,328%. Yield SBN 10 tahun juga naik menjadi 7,00% pada periode yang sama.
Meski menghadapi tantangan nilai tukar, stabilitas risiko kredit Indonesia tetap terjaga. Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun tercatat stabil di angka 70,48 basis poin per 12 Desember 2024, sedikit menurun dari 70,58 basis poin pada 6 Desember 2024. Hal ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap kemampuan Indonesia mengelola risiko kreditnya di tengah dinamika global.
Baca juga: Sinergi Telkomsel dan OVOY 2025 untuk Digitalisasi Desa di Banten dan Jawa Barat
Bank Indonesia tetap optimistis dengan kondisi pasar keuangan Indonesia yang menunjukkan tren positif meski ada tantangan eksternal. Dengan penguatan koordinasi yang lebih intens antara BI, pemerintah, dan otoritas terkait, serta penerapan strategi bauran kebijakan yang terukur dan adaptif terhadap dinamika global, Indonesia diharapkan dapat mempertahankan stabilitas ekonomi. Selain itu, kebijakan tersebut juga bertujuan untuk mempercepat pemulihan ekonomi pasca-pandemi, mengurangi ketergantungan pada faktor eksternal, dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global, memastikan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan dalam jangka panjang.