Tangerang, 06 Desember 2024 – Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menegaskan pentingnya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam mendukung perdagangan yang seimbang dan berkelanjutan. Hal ini disampaikannya dalam Pertamina Portfolio Forum 2024 yang bertemakan “Orchestrating a Winning Portfolio” di Grha Pertamina, Jakarta, pada Rabu (4/12).
“Kementerian Perdagangan mendorong upaya bersama untuk mendukung perdagangan hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kebijakan iklim memiliki keterkaitan erat dengan perdagangan. Saat ini, setiap negara diharapkan memberikan prioritas pada perdagangan yang lebih hijau,” ujar Wamendag Roro.
Baca juga: Indonesia Bangkit Sebagai Pemimpin Industri Halal
Ia juga menjelaskan bahwa transisi energi merupakan langkah strategis pemerintah menuju ekonomi hijau untuk menghadapi ancaman perubahan iklim dan krisis energi. Berdasarkan Persetujuan Paris 2016, Indonesia telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Strategi utama menuju Net Zero Emissions (NZE) 2060 mencakup elektrifikasi transportasi, pemanfaatan energi terbarukan, serta pengelolaan karbon secara berkelanjutan.
Selain itu, Roro menyoroti kerja sama Indonesia dan Kanada melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), khususnya dalam pengelolaan mineral kritis. Nota kesepahaman (MoU) ini bertujuan meningkatkan perdagangan dan investasi ramah lingkungan dengan memenuhi standar Environmental, Social, and Governance (ESG).
“Kerja sama ini mencakup pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan, penerapan teknologi bersih, serta pengurangan emisi gas rumah kaca,” tambahnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menjadi sorotan dalam forum ini. Data Kementerian Perdagangan mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan III-2024 mencapai 4,95% dengan realisasi investasi Rp431,48 triliun, naik 15,24% dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, surplus neraca perdagangan terus berlanjut selama 54 bulan berturut-turut, mencatat USD 24,43 miliar pada Januari-Oktober 2024.
Meski demikian, tantangan tetap ada, terutama dalam defisit migas. “Pemerintah telah mencanangkan kebijakan neraca komoditas untuk meningkatkan transparansi dan akurasi data kebutuhan strategis, termasuk minyak dan gas,” jelas Roro.
Dalam penilaian World Economic Forum 2024, indeks transisi energi Indonesia berada di peringkat 54 dunia dan ketiga di ASEAN. Wamendag menekankan bahwa diversifikasi produk dan pasar, seperti hilirisasi batu bara, nikel, dan kelapa sawit, menjadi kunci peningkatan ekspor.
Baca juga: Modal Asing Kabur Rp1,78 Triliun, Apa Penyebabnya?
Melalui kebijakan yang terintegrasi, Indonesia optimis dapat mewujudkan perdagangan hijau yang mendukung keberlanjutan global.