Tangerang, 06 Desember 2024 – Pemerintah Indonesia terus menunjukkan komitmennya untuk memajukan sektor industri dengan meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 pada tahun 2018. Inisiatif ini menjadi langkah nyata dalam mempersiapkan Indonesia memasuki era industri 4.0, yang mengedepankan transformasi digital di sektor manufaktur untuk meningkatkan daya saing di tingkat global.
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, dalam acara bertajuk “AI for Indonesia” yang digelar di Jakarta pada Rabu (4/12), mengungkapkan bahwa peta jalan ini bertujuan untuk menjadikan Indonesia salah satu dari 10 negara dengan ekonomi terbesar dunia pada tahun 2030. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah menargetkan tiga hal utama: meningkatkan kontribusi ekspor netto terhadap PDB sebesar 10%, meningkatkan produktivitas dua kali lipat terhadap biaya, serta mengalokasikan 2% pengeluaran untuk riset dan pengembangan (R&D) terhadap PDB.
Baca juga: Indonesia Emas 2045 dan Peran Generasi Muda dalam Industri
Melalui Making Indonesia 4.0, Kementerian Perindustrian telah menetapkan tujuh sektor industri manufaktur yang menjadi prioritas pengembangan. Ketujuh sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, dan alat kesehatan. Faisol Riza menjelaskan, lima sektor di antaranya dipilih karena memiliki potensi besar untuk menyumbang hingga 70% dari total PDB manufaktur dan 65% ekspor manufaktur.
Faisol menekankan bahwa penerapan teknologi industri 4.0, seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), cloud computing, augmented reality (AR), big data, dan robotika lanjutan, dapat meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan konektivitas dalam proses produksi. Salah satu teknologi yang berperan penting dalam revolusi industri ini adalah AI, yang memungkinkan perusahaan beradaptasi dengan perubahan pasar secara real-time, mempercepat inovasi, dan meningkatkan efisiensi operasional.
Contoh penerapan AI di Indonesia sudah terlihat pada sektor industri semen, yang telah menggunakan AI dan IoT untuk meningkatkan produktivitas dan stabilitas energi dalam proses produksi. Di sektor farmasi, teknologi digital twin dan sensor micro-NIR telah mempercepat pengembangan metode R&D dan meningkatkan analisis bahan baku.
Namun, meskipun manfaatnya besar, penerapan AI di industri Indonesia menghadapi beberapa tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur teknologi, kekurangan talenta digital, dan biaya implementasi yang tinggi, terutama bagi sektor industri kecil dan menengah (IKM). Meski begitu, pemerintah yakin bahwa AI akan membawa kemajuan signifikan dan peluang besar bagi perekonomian Indonesia.
Pemerintah pun berkomitmen untuk terus mendorong pelaku industri memanfaatkan AI melalui kebijakan fiskal dan non-fiskal, pemberdayaan sektor pendidikan, serta pembangunan ekosistem keamanan data. Semua upaya ini diarahkan untuk mewujudkan smart manufacturing, yang merupakan inti dari transformasi digital dalam industri Indonesia.
Baca juga: UMKM Bekasi Raih Kesuksesan Global Melalui Dukungan Bea Cukai
Dengan adanya dukungan semua pihak, Faisol berharap Indonesia dapat mewujudkan Indonesia Emas 2045, dengan meningkatkan daya saing global dan memperkokoh ketahanan ekonomi domestik.