Kerja Sama Indonesia Tiongkok di Industri Otomotif

Tangerang, 03 Desember 2024 – Hubungan bilateral antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) akan mencapai 75 tahun pada tahun 2025. Dengan sejarah kerja sama yang sudah berlangsung lebih dari tujuh dekade, kedua negara terus mempererat hubungan, terutama di sektor industri manufaktur yang kian berkembang.

Pada kuartal III tahun 2024, nilai perdagangan bilateral Indonesia-Tiongkok mencapai USD96,39 miliar, meningkat 32,23% sejak 2019. Tiongkok juga menjadi investor terbesar kedua di Indonesia, dengan realisasi investasi yang melonjak dari USD23,3 juta dengan 10.642 proyek pada 2022, menjadi USD26,5 juta dengan 14.687 proyek pada 2023.

Baca juga: Pengembangan Industri Hijau di Riau dan Kepri

Salah satu sektor kerja sama yang sangat berkembang adalah industri otomotif. Provinsi Guangxi, salah satu pusat manufaktur di Tiongkok, berkontribusi besar melalui investasi perusahaan otomotif seperti SAIC-GM-Wuling Automobile Co., Ltd. Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menyebut bahwa pada 2022, investasi dari Guangxi mencapai USD2,34 miliar, termasuk investasi Wuling Motors senilai USD1 miliar untuk pabrik di Jawa Barat.

“Kami menyambut baik kerja sama ini dan ingin memperluasnya, termasuk di bidang semikonduktor,” ujar Faisol dalam pertemuan dengan Gubernur Guangxi, Lan Tianli, di Kementerian Perindustrian pada Kamis (28/11).

Gubernur Lan Tianli menyampaikan tiga usulan utama untuk memperkuat kerja sama: pendalaman industri otomotif dengan fokus pada kendaraan listrik (EV), pemberian insentif pajak bagi produsen EV lokal, dan percepatan pembangunan charging station. Selain itu, Lan Tianli mengusulkan pengembangan kawasan industri terpadu Indonesia-Tiongkok untuk mendukung investasi dan infrastruktur industri.

Di luar otomotif, kerja sama juga diarahkan ke sektor tekstil, elektronik, pengolahan kayu, serta besi dan logam. “Industri ini adalah sektor utama di Guangxi, dan kami melihat potensi besar untuk berkembang bersama di Indonesia,” tambahnya.

Wamenperin menyambut baik usulan tersebut dan berkomitmen untuk membahas lebih lanjut peluang kerja sama yang saling menguntungkan. “Kami ingin membangun industri yang berorientasi pada local content tinggi dan siap menjembatani kerja sama business to business,” jelas Faisol.

Baca juga: Sektor Manufaktur Indonesia Tertekan Impor dan Regulasi

Melalui langkah strategis ini, Indonesia dan Tiongkok tidak hanya mempererat hubungan bilateral, tetapi juga membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah dalam kerja sama ekonomi dan industri.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img