Tangerang, 03 Desember 2024 – Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) semakin mempererat hubungan bilateral di sektor ekonomi, terutama dalam bidang industri. Kerja sama ini semakin nyata melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT Agrobisnis Komoditas Indonesia (Agrasi) dan GuangXi Huapin Agricultural Technology Co., Ltd. Penandatanganan MoU ini diadakan di Jakarta, dengan disaksikan oleh Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, serta Wakil Walikota Guigang, Nong Zhuosong, beberapa waktu lalu.
Melalui kerja sama ini, PT Agrasi sepakat untuk mengekspor serpih (chip) porang sebanyak 50.000 ton per tahun guna memenuhi kebutuhan GuangXi Huapin. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat industri porang di Indonesia serta memperluas pasar ekspor di Tiongkok. Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Agro, menjelaskan bahwa selain penjualan serpih porang, kedua belah pihak juga berkomitmen untuk mengembangkan rantai pasok dan industri hilir porang di Indonesia.
Baca juga: Pengembangan Industri Hijau di Riau dan Kepri
“Kerja sama ini tidak hanya sebatas penjualan produk, namun juga mencakup pengembangan industri hilir, serta memberikan kontribusi dalam pemberdayaan industri kecil dan menengah (IKM),” ujar Putu. Sebagai bagian dari kolaborasi ini, sebanyak 21 IKM telah mendapatkan bantuan fasilitas produksi, termasuk mesin pengering serpih porang, yang akan meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi mereka.
MoU ini merupakan kelanjutan dari kontrak kerja sama yang telah ditandatangani sebelumnya pada Januari 2024, di mana kedua pihak sepakat untuk membeli serpih porang sebanyak 25.000 ton per tahun untuk periode 2024-2030. Pada bulan November 2024, volume ekspor ini ditingkatkan menjadi 50.000 ton per tahun. Peningkatan volume ini juga disertai dengan penyediaan mesin pengering ber-TKDN untuk mendukung IKM di pusat-pusat produksi porang.
Putu menambahkan bahwa stabilitas harga bahan baku porang juga menjadi perhatian utama dalam kerja sama ini. Dengan sistem kontrak farming, harga porang diperkirakan akan tetap stabil di kisaran Rp4.000 hingga Rp4.500 per kilogram, yang penting untuk memastikan kelangsungan pasokan porang dari petani.
Kerja sama ini diharapkan dapat mendorong terwujudnya transfer teknologi pada tahun 2028, khususnya dalam produksi tepung glukomanan yang sesuai dengan spesifikasi industri di Indonesia. Pada akhirnya, Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu pemain utama dalam industri glukomanan global, dengan target terbangunnya industri permurnian glukomanan 95 persen pada tahun 2030.
Sebagai bagian dari dukungan terhadap kerja sama ini, Wakil Walikota Guigang, Nong Zhuosong, berharap bahwa Guigang akan menjadi pusat industri konjak, dengan kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal dan bilateral.
Baca juga: Kerja Sama Indonesia Tiongkok di Industri Otomotif
Melalui kerja sama ini, Indonesia dan Tiongkok menunjukkan komitmennya untuk memperkuat hubungan ekonomi dan membangun industri yang berkelanjutan, bermanfaat bagi kedua negara serta dunia internasional.