Tangerang, 14 November 2024 – Puluhan peternak sapi perah di Boyolali melakukan aksi protes yang cukup unik dan dramatis pada awal pekan ini. Dengan menaiki mobil pikap, para peternak tersebut mengguyur diri mereka dengan susu yang dibawa dalam milk can berbagai ukuran. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pembatasan kuota susu yang diterima oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) dari para peternak lokal.
Aksi protes ini diawali dengan berkumpulnya sekitar puluhan peternak di depan Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali. Mereka membawa satu pikap berisi 50.000 liter atau setara dengan 50 ton susu segar hasil produksi peternakan lokal. Para peternak ini merasa kecewa dan tertekan karena hasil jerih payah mereka dalam memproduksi susu tidak sepenuhnya terserap oleh industri pengolahan susu dalam negeri.
Baca juga: Bukan Bisnis Biasa! Kain Kafan Dijual Lewat TikTok, Netizen Heboh
Para peternak ini juga memasang sejumlah spanduk yang berisi tulisan protes, menyoroti pembatasan kuota susu yang diperbolehkan masuk ke IPS. Mereka menyampaikan bahwa di tengah melimpahnya produksi susu dari peternak lokal, pemerintah justru dianggap membuka keran impor susu terlalu lebar. Kondisi ini membuat para peternak kecil merugi karena susu hasil produksi mereka menumpuk tanpa terserap industri.
Kekecewaan Para Peternak di Tengah Kebijakan Impor Susu
Baca juga: Indonesia Incar 75% Energi Terbarukan pada 2040, PLN Siap Jalankan
Pembatasan kuota susu yang bisa diterima IPS dianggap menjadi pukulan berat bagi para peternak sapi perah lokal. Sebagai wilayah yang dikenal sebagai sentra produksi susu, Boyolali mengalami kelebihan produksi susu di tingkat peternak. Sayangnya, alih-alih mengutamakan produk lokal, kebijakan pemerintah dianggap justru lebih condong pada impor susu. Kondisi ini memperburuk keadaan para peternak lokal yang selama ini menggantungkan hidupnya dari penjualan susu segar kepada IPS.
“Di tengah produksi susu yang melimpah, kami terpaksa melakukan aksi ini untuk menyuarakan keresahan. Susu hasil produksi kami sulit terserap karena kebijakan yang membatasi kuota. Kami juga kecewa karena pemerintah justru lebih banyak membuka peluang impor,” kata salah satu peternak yang turut serta dalam aksi tersebut.
Harapan Peternak untuk Dukungan Pemerintah
Para peternak di Boyolali berharap agar pemerintah lebih bijaksana dalam mengatur kebijakan impor susu. Mereka menginginkan adanya perlindungan terhadap hasil produksi lokal, terutama di tengah produksi yang melimpah seperti saat ini. Jika kebijakan impor terus diberlakukan tanpa mempertimbangkan kuota yang memadai untuk produk lokal, bukan tidak mungkin para peternak kecil akan semakin kesulitan untuk bertahan di tengah ketatnya persaingan industri susu di Indonesia.
Aksi ini menjadi sinyal kuat bagi pemerintah untuk segera meninjau ulang kebijakan kuota susu di IPS dan membuka ruang dialog dengan para peternak. Diharapkan, dengan adanya komunikasi yang lebih baik, kebijakan yang diterapkan dapat lebih mendukung kesejahteraan peternak lokal dan mengurangi ketergantungan pada produk impor.