Tangerang, 04 Juli 2025 – Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Budi Santoso (Mendag Busan), memaparkan langkah strategis Pemerintah Indonesia dalam menghadapi potensi perang dagang global yang kian memanas, terutama akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat terhadap negara mitra dagang. Dalam paparannya sebagai keynote speaker pada Kajian Tengah Tahun (KTT) INDEF 2025 di Jakarta, Mendag menegaskan bahwa perluasan pasar ekspor dan penguatan pasar domestik menjadi dua strategi utama pemerintah.
KTT INDEF tahun ini mengangkat tema “Masa Depan Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang dan Konflik Timur Tengah”, yang relevan dengan tantangan global saat ini. Mendag Busan menekankan bahwa Indonesia telah melakukan akselerasi diplomasi perdagangan dengan menuntaskan beberapa perjanjian penting, seperti Indonesia–Canada CEPA, Indonesia–European Union CEPA, perjanjian dengan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU), dan Tunisia.
Baca juga: Pameran Ibu dan Anak Terbesar FOMBEX 2025 Hadir di BSD
Meski implementasi perjanjian ini belum dapat dijalankan dalam waktu dekat, dampak psikologisnya sudah mulai terasa di kalangan pelaku usaha. “Percepatan perundingan mendorong para pelaku usaha untuk semakin aktif dalam mencari mitra dagang baru melalui kegiatan business forum dan business matching,” jelas Mendag.
Untuk melindungi pasar dalam negeri dari serbuan produk impor, Mendag menyebutkan bahwa pemerintah terus memperkuat kebijakan pengamanan perdagangan, termasuk dengan menerapkan bea masuk tindakan pengamanan (safeguard) dan antidumping pada produk-produk tertentu. Tujuannya adalah menjaga keseimbangan pasar sekaligus mendukung industri lokal.
Di sisi lain, penguatan sektor UMKM menjadi prioritas strategis dalam meningkatkan daya saing nasional. Program seperti Belanja di Indonesia Aja (BINA), Holiday Sale, serta UMKM BISA Ekspor didorong agar pelaku UMKM mampu bersaing dan menembus pasar internasional. “UMKM harus berani berinovasi dan siap beradaptasi dengan kebutuhan pasar ekspor, mulai dari sumber daya hingga manajemen,” tegas Mendag.
Pemerintah juga mengoptimalkan jaringan perwakilan perdagangan di luar negeri, seperti atase perdagangan dan ITPC di 33 negara, guna membantu eksportir Indonesia menjangkau pasar global.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor Indonesia periode Januari–Mei 2025 meningkat 6,98% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan nilai ekspor mencapai USD 111,98 miliar. Amerika Serikat tercatat sebagai negara tujuan ekspor terbesar, disusul oleh India dan Filipina.
Baca juga: Nusantara Food Hotel Expo 2025 Resmi Dibuka di ICE BSD
Sementara itu, Direktur Eksekutif INDEF, Esther Sri Astuti, mengingatkan bahwa ketidakpastian global harus dilihat bukan hanya sebagai ancaman, tetapi juga peluang untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional. “Tekanan global dapat menjadi momentum membangun kemandirian ekonomi dan memperluas pasar-pasar baru,” ujar Esther.
Acara ini juga menghadirkan sejumlah tokoh penting seperti Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kadin Indonesia, Ekonom Senior INDEF Tauhid Ahmad, dan Direktur Kolaborasi Internasional INDEF Imaduddin Abdullah. Menteri Ketenagakerjaan Yassierli turut hadir sebagai pembicara kunci, didampingi oleh Staf Ahli Hubungan Internasional Kemendag, Johni Martha.