PHK Massal di Gudang Garam, Laba Anjlok 87% Saat Raksasa Rokok Tertekan

Tangerang, 09 September 2025 – Industri rokok Indonesia kembali menjadi sorotan setelah kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di pabrik PT Gudang Garam Tbk, Tuban, Jawa Timur, viral di media sosial. Video yang beredar memperlihatkan suasana haru para pekerja yang terdampak, meski hingga kini pihak Gudang Garam belum mengeluarkan pernyataan resmi.

PT Gudang Garam Tbk, perusahaan rokok legendaris asal Kediri, Jawa Timur, tengah menghadapi tantangan berat. Berdasarkan laporan keuangan, pada 2023 perusahaan masih mampu mencetak laba hingga Rp5,32 triliun. Namun, di 2024 laba anjlok drastis menjadi Rp980,8 miliar atau turun sekitar 81,57 persen. Kondisi semakin memburuk pada semester I 2025, ketika laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya mencapai Rp117,16 miliar. Angka ini merosot tajam 87,34 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp925,5 miliar.

Baca juga: Kekurangan Bahan Baku Ancam Industri Daur Ulang Plastik dan Ekonomi Hijau Indonesia

Penurunan kinerja ini tidak lepas dari tingginya beban cukai rokok yang terus naik setiap tahun serta maraknya peredaran rokok ilegal. Dampaknya terasa pula pada harga saham GGRM. Sebelum 2020, saham Gudang Garam diperdagangkan hampir Rp90.000 per lembar, namun kini di 2025 hanya berada di level Rp900-an.

Dari sisi kepemilikan, PT Gudang Garam Tbk dikuasai keluarga Wonowijojo melalui PT Suryaduta Investama yang memegang 69,29 persen saham. Konglomerat Susilo Wonowijojo tercatat sebagai pemegang saham utama sekaligus generasi kedua penerus pendiri perusahaan, Surya Wonowijoyo. Selain itu, Susilo juga memiliki 0,09 persen saham atas nama pribadi, sementara sang saudari, Juni Setiawati Wonowijojo, memegang 0,58 persen saham sekaligus menjabat sebagai Komisaris Utama.

Baca juga: UMKM Wajib Go Digital, Website dan Aplikasi Jadi Kunci Sukses di Era Digital

Selain keluarga Wonowijojo, pemegang saham lain di Gudang Garam adalah Lukas Mulya Suharja melalui PT Suryamitra Kusuma dengan 6,26 persen saham, serta kepemilikan publik sebesar 23,78 persen.

Kasus anjloknya laba Gudang Garam dan isu PHK massal ini menjadi contoh nyata tantangan besar yang dihadapi industri rokok di Indonesia. Tekanan regulasi, cukai tinggi, hingga persaingan rokok ilegal membuat perusahaan besar sekalipun harus berjuang keras mempertahankan eksistensinya.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img