Tangerang, 23 Mei 2025 – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa keanggotaan Indonesia dalam BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) akan memberikan dampak strategis terhadap kemajuan sektor industri manufaktur nasional. Keikutsertaan ini dinilai dapat mempercepat transformasi digital dan meningkatkan daya saing industri dalam skala global.
Indonesia resmi bergabung menjadi anggota ke-10 BRICS pada Januari 2025, menyusul Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab. BRICS adalah aliansi ekonomi negara-negara berkembang yang saat ini mewakili lebih dari 40 persen populasi dunia dan sekitar seperempat Produk Domestik Bruto (PDB) global. Bergabungnya Indonesia memperkuat posisi BRICS sebagai kekuatan ekonomi alternatif terhadap dominasi negara maju.
Baca juga: Indo Livestock 2025 Hadirkan Forum dan Pameran Unggulan Sektor Peternakan
“Keanggotaan Indonesia di dalam BRICS merupakan langkah strategis untuk memperluas kerja sama internasional, terutama dalam pengembangan industri, investasi teknologi, dan penguatan rantai pasok global,” ujar Agus dalam keterangan resminya, Selasa (20/5).
Menurut Menperin, keterlibatan Indonesia dalam BRICS membuka banyak peluang di sektor ekonomi, diplomasi, dan keuangan. Dari sisi ekonomi, Indonesia dapat mengakses pasar lebih luas, mendapatkan pendanaan dari New Development Bank (NDB), serta melakukan diversifikasi mitra dagang. Di ranah diplomasi, BRICS menyediakan platform untuk memperjuangkan reformasi ekonomi global, sementara secara keuangan, membantu mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Menperin menambahkan, Indonesia kini fokus mendorong transformasi industri menuju era industri 4.0 melalui digitalisasi, smart manufacturing, dan otomatisasi. Hal ini sejalan dengan peta jalan Making Indonesia 4.0 dan semangat BRICS dalam memperkuat kolaborasi teknologi dan inovasi.
Tidak hanya industri besar, perhatian juga diarahkan pada industri kecil dan menengah (IKM). Agus menyebut kolaborasi dalam BRICS akan memperluas akses IKM terhadap teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI). “IKM kita harus mampu memanfaatkan digitalisasi agar tidak tertinggal. Kerja sama BRICS sangat penting untuk memperkecil kesenjangan teknologi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Menperin menyoroti potensi besar Indonesia di sektor bioindustri dan ekonomi sirkular. Dengan kekayaan hayati dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia berpeluang menjadi pusat bioindustri dunia. “Kerja sama BRICS dapat mempercepat pengembangan teknologi bioindustri dan mendorong ekonomi sirkular yang ramah lingkungan,” tegasnya.
Baca juga: Pameran Industri Baja Terbesar ISSEI 2025
Data World Bank mencatat, nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia mencapai USD255,96 miliar pada 2023, menempatkan Indonesia di peringkat ke-4 di antara negara anggota BRICS, setelah China, India, dan Brasil. Indonesia juga menjadi negara dengan MVA tertinggi di kawasan ASEAN, mengungguli Thailand dan Vietnam.
Dengan berbagai capaian tersebut, Indonesia diyakini mampu memperkuat posisi industri nasional dalam perekonomian global yang berkelanjutan, inklusif, dan berbasis inovasi.