Cara Sederhana Membuat Anggaran Bisnis UMKM. Anggaran, Kunci Pertumbuhan UMKM. Banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjalankan bisnis tanpa perencanaan keuangan yang jelas. Padahal, anggaran bisnis merupakan alat penting untuk mengendalikan arus kas dan memastikan setiap rupiah digunakan secara efisien. Data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2023 mencatat, lebih dari 60% UMKM tidak memiliki anggaran tertulis, sehingga sulit memantau laba, biaya, dan kebutuhan modal kerja.
Tanpa anggaran, UMKM rentan mengalami pemborosan, kekurangan dana operasional, bahkan gagal berkembang. Dengan membuat anggaran bisnis, pelaku usaha bisa menilai kemampuan keuangan, merencanakan pertumbuhan, dan mengantisipasi risiko sejak dini.
1. Catat Semua Sumber Pendapatan
Langkah pertama dalam membuat anggaran adalah mencatat seluruh proyeksi pendapatan. Pendapatan bisa berasal dari penjualan utama, jasa tambahan, hingga pemasukan non-rutin seperti bonus atau hibah. Data historis penjualan dapat digunakan untuk memperkirakan pendapatan bulanan. Survei Bank Indonesia (2022) menunjukkan bahwa UMKM yang memiliki proyeksi pendapatan rutin lebih mampu menjaga stabilitas arus kas hingga 70% lebih baik dibandingkan yang tidak memiliki proyeksi.
2. Rinci Semua Biaya Operasional
Setelah mengetahui pendapatan, rincikan semua biaya yang dikeluarkan usaha. Biaya operasional meliputi pembelian bahan baku, gaji karyawan, sewa tempat, utilitas, transportasi, dan biaya pemasaran. Buat daftar biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) agar lebih mudah dikendalikan. Dengan mengetahui pos pengeluaran secara detail, pelaku UMKM bisa menekan biaya yang tidak perlu.
3. Alokasikan Dana untuk Pengembangan Usaha
Anggaran bukan hanya soal pengeluaran harian, tapi juga perencanaan pertumbuhan. Sisihkan sebagian pendapatan, misalnya 10–20 persen, untuk investasi jangka panjang seperti pembelian mesin, pelatihan SDM, atau ekspansi pasar. Menurut data Lembaga Pengembangan Ekspor Indonesia (LPEI), UMKM yang rutin mengalokasikan dana pengembangan mencatat kenaikan omzet rata-rata 30% dalam dua tahun.
4. Siapkan Pos Dana Darurat
Usaha kecil rentan menghadapi kondisi tak terduga seperti penurunan permintaan atau kenaikan harga bahan baku. Oleh karena itu, penting untuk menyisihkan dana darurat minimal setara 3 bulan biaya operasional. Pos ini akan menjadi bantalan agar usaha tetap berjalan saat terjadi guncangan.
5. Tinjau dan Evaluasi Anggaran Secara Berkala
Anggaran bukan dokumen statis. Pelaku UMKM perlu meninjau anggaran secara rutin—misalnya setiap bulan—untuk membandingkan realisasi dan rencana. Jika ada selisih besar, lakukan penyesuaian agar anggaran tetap realistis dan relevan. Evaluasi rutin akan membantu pengambilan keputusan yang lebih akurat.
Membuat anggaran bisnis tidak harus rumit. Dengan mencatat pendapatan, merinci biaya, menyisihkan dana pengembangan, menyiapkan dana darurat, serta melakukan evaluasi berkala, UMKM dapat mengelola keuangan secara lebih terencana. Anggaran yang baik bukan hanya menjaga kelangsungan usaha, tetapi juga membuka jalan bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.