Tangerang, 19 Juni 2025 -Transformasi digital bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak pandemi COVID-19 melanda, lanskap bisnis mengalami perubahan drastis. Konsumen bergeser ke ranah daring, interaksi terjadi lewat layar ponsel, dan keputusan belanja dipengaruhi oleh algoritma digital. Dalam kondisi ini, UKM yang tetap bertahan dengan pendekatan konvensional menghadapi risiko tertinggal atau bahkan tersingkir dari persaingan.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa lebih dari 64 juta unit usaha kecil dan menengah berkontribusi terhadap 60 persen produk domestik bruto (PDB) nasional dan menyerap 97 persen tenaga kerja. Namun, hanya sebagian yang telah mengadopsi digitalisasi secara menyeluruh dalam aktivitas bisnis mereka. Masih banyak pelaku UKM yang belum memiliki toko daring, belum memanfaatkan media sosial secara optimal, atau belum terdigitalisasi dalam pencatatan keuangan dan operasional harian.
Digitalisasi Bukan Sekadar Online
Transformasi digital seringkali disalahartikan hanya sebagai “jualan online” atau “punya akun Instagram.” Padahal, digitalisasi adalah proses menyeluruh yang mencakup pengelolaan bisnis secara lebih efisien dengan bantuan teknologi. Mulai dari manajemen inventori berbasis aplikasi, sistem pembayaran digital, pelayanan pelanggan otomatis, hingga analitik data untuk memahami perilaku konsumen—semuanya merupakan bagian dari strategi digital yang terpadu.
Pelaku UKM yang telah mengintegrasikan proses digital melaporkan peningkatan produktivitas, kemudahan dalam membuat keputusan bisnis, serta akses pasar yang lebih luas. Sebagai contoh, pelaku usaha kuliner yang sebelumnya hanya melayani pelanggan secara langsung di warung atau restoran kini bisa menjangkau konsumen lewat aplikasi pemesanan makanan dan layanan pengantaran. Tak hanya menjual, tetapi juga membangun citra dan interaksi yang lebih intensif dengan pelanggan melalui konten digital.
Dari Operasional ke Strategi
Digitalisasi juga memungkinkan UKM untuk memfokuskan sumber daya secara lebih strategis. Alih-alih menghabiskan waktu untuk tugas-tugas administratif yang repetitif, pelaku usaha dapat memanfaatkan sistem otomatisasi dan mengalihkan fokus pada pengembangan produk, inovasi layanan, dan pemasaran yang kreatif.
Aplikasi seperti kasir digital, pencatatan keuangan otomatis, dan sistem stok berbasis cloud memberi pelaku usaha visibilitas terhadap kinerja usahanya secara real-time. Ini membantu pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat. Ketika data tersedia secara sistematis, UKM dapat merespons dinamika pasar dengan lebih lincah.
Kendala yang Masih Dihadapi
Meskipun kesadaran akan pentingnya digitalisasi semakin meningkat, kenyataannya banyak UKM masih menghadapi berbagai hambatan. Salah satunya adalah keterbatasan literasi digital. Tidak semua pelaku usaha memahami cara memanfaatkan teknologi secara efektif. Banyak yang sudah memiliki akun marketplace, tetapi tidak mengelola katalog produk dengan baik, atau tidak membalas pesan pelanggan secara cepat.
Kendala lain adalah akses infrastruktur, terutama di daerah terpencil yang belum memiliki jaringan internet memadai. Selain itu, sebagian pelaku UKM merasa keberatan dengan biaya awal untuk pengadaan perangkat, pelatihan, atau langganan aplikasi tertentu. Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan komunitas menjadi sangat penting untuk mendorong digitalisasi yang merata dan inklusif.
Peran Strategis Pemerintah dan Komunitas
Sejumlah inisiatif telah digulirkan untuk mempercepat transformasi digital UKM. Pemerintah melalui program “UMKM Go Digital” berupaya meningkatkan kapasitas pelaku usaha melalui pelatihan, pendampingan, dan kerja sama dengan berbagai platform e-commerce. Platform seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan TikTok Shop juga menghadirkan program onboarding bagi pelaku usaha baru.
Di sisi lain, komunitas wirausaha digital dan lembaga pendamping bisnis menjadi tulang punggung penting dalam mendorong UKM melek digital. Kegiatan seperti kelas daring, webinar, hingga klinik bisnis memberikan ruang bagi UKM untuk belajar dari sesama pelaku dan beradaptasi lebih cepat.
Masa Depan UKM di Era Digital
Transformasi digital bukan sekadar mengikuti arus teknologi, melainkan membangun ketahanan bisnis di masa depan. UKM yang mampu mengintegrasikan teknologi dalam proses bisnisnya memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dalam krisis, bersaing secara global, dan membuka pasar baru.
Lebih dari itu, digitalisasi membawa semangat efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas. Hal ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan omzet, tetapi juga menciptakan ekosistem bisnis yang sehat dan berkelanjutan.
Baca juga: Tantangan UKM di Era Digital: Bukan Sekadar Teknologi
Bagi UKM, transformasi digital bukan lagi sekadar pilihan atau gaya hidup kekinian. Ini adalah keharusan strategis untuk menjawab tantangan zaman. Di tengah gempuran perubahan yang serba cepat, pelaku usaha yang mampu beradaptasi dengan teknologi akan terus melaju. Sementara yang bertahan pada pola lama berisiko terpinggirkan.
Membangun mentalitas terbuka terhadap teknologi sangat penting. Pelaku usaha perlu belajar dari pengalaman sesama dan memanfaatkan peluang kolaborasi. Ini menjadi kunci sukses dalam menjalani transformasi digital. Ke depan, UKM yang tangguh bukan hanya kreatif dan gigih. Mereka juga harus adaptif dan inovatif dalam memanfaatkan teknologi sebagai mitra pertumbuhan.