Tangerang, 18 Juni 2025 -Tantangan UKM digital kini semakin kompleks seiring perkembangan teknologi, persaingan pasar, dan keterbatasan sumber daya. Di tengah gempuran era digital, usaha kecil dan menengah (UKM) dituntut untuk terus beradaptasi dengan teknologi agar tetap relevan dan kompetitif. Transformasi digital menjadi kata kunci yang kerap digaungkan dalam berbagai forum bisnis. Namun, di balik dorongan tersebut, tantangan yang dihadapi pelaku UKM ternyata jauh lebih kompleks dari sekadar adopsi teknologi.
Banyak pelaku UKM yang telah mencoba beralih ke sistem digital, seperti menggunakan aplikasi keuangan, platform pemasaran daring, hingga e-commerce. Namun, hasilnya belum tentu signifikan jika tantangan fundamental lainnya belum teratasi. Teknologi memang penting, tetapi bukan satu-satunya jawaban bagi persoalan mendasar yang membelit sektor UKM di Indonesia.
Permodalan Masih Jadi Penghambat
Salah satu kendala utama yang masih membayangi UKM adalah akses terhadap pembiayaan. Banyak pelaku usaha kecil yang mengalami kesulitan mendapatkan modal, baik karena keterbatasan agunan maupun kurangnya literasi keuangan. Di sisi lain, lembaga keuangan formal sering kali masih memandang UKM sebagai sektor berisiko tinggi.
Akibatnya, tidak sedikit pelaku UKM yang mengandalkan pembiayaan dari keluarga atau pinjaman informal dengan bunga tinggi. Kondisi ini mempersulit mereka untuk melakukan ekspansi, memperbaiki kualitas produk, atau berinvestasi pada teknologi baru.
Tantangan ini menjadi pengingat bahwa transformasi digital tidak dapat dilepaskan dari akses pembiayaan yang inklusif dan berkelanjutan.
Baca juga:Â Manajemen Tim Kecil UKM: Trik Jitu agar Bisnis Lebih Efisien
Kapasitas SDM Perlu Diperkuat
Kendala lainnya datang dari aspek sumber daya manusia. Tidak semua pelaku UKM memiliki kemampuan teknis atau manajerial yang memadai untuk mengelola usaha di era digital. Bahkan, penggunaan perangkat lunak sederhana pun bisa menjadi tantangan tersendiri.
Masih banyak pemilik UKM yang bekerja secara otodidak dan belum sempat mengikuti pelatihan atau pendampingan usaha. Padahal, penguasaan terhadap teknologi hanya bisa optimal jika dibarengi dengan peningkatan kapasitas SDM, baik dalam hal kepemimpinan, perencanaan bisnis, hingga literasi digital.
Dalam konteks ini, peran pemerintah dan swasta dalam menyediakan pelatihan yang terjangkau dan relevan menjadi sangat krusial.
Akses Pasar Masih Terbatas
Teknologi seharusnya membuka akses pasar yang lebih luas bagi UKM, termasuk ke tingkat nasional dan internasional. Namun pada praktiknya, masih banyak UKM yang terkendala dalam memasarkan produknya secara daring. Beberapa di antaranya bahkan belum memiliki kanal digital seperti media sosial atau toko online.
Selain itu, kemampuan mengelola logistik dan memahami regulasi perdagangan digital juga menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Tanpa strategi pemasaran yang tepat, produk UKM hanya akan tenggelam di tengah lautan informasi digital yang padat dan kompetitif.
Tantangan ini menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi harus disertai dengan strategi pemasaran digital yang matang dan dukungan terhadap penguatan rantai pasok.
Kebijakan dan Regulasi Belum Merata
Dari sisi kebijakan, dukungan terhadap UKM memang semakin meningkat. Namun, pelaksanaannya masih belum merata.tantangan UKM di era digital Beberapa daerah telah memiliki program pendampingan dan digitalisasi UKM, sementara lainnya masih tertinggal dalam hal infrastruktur dan akses layanan publik.
Kondisi ini menciptakan kesenjangan antardaerah yang berdampak pada kesenjangan daya saing pelaku UKM. Untuk itu, harmonisasi kebijakan di tingkat pusat dan daerah sangat dibutuhkan agar transformasi UKM bisa berjalan secara menyeluruh dan adil.
Budaya dan Pola Pikir juga Menentukan
Selain faktor struktural, tantangan lain yang tak kalah penting adalah pola pikir pelaku UKM itu sendiri. Sebagian masih memandang teknologi sebagai sesuatu yang rumit dan mahal. Padahal, banyak solusi digital yang kini bisa diakses secara gratis atau berbiaya rendah.
Keengganan untuk berubah juga kerap muncul karena rasa takut gagal atau ketidakpastian akan hasil. Oleh karena itu, membangun budaya inovasi dan keberanian untuk mencoba hal baru menjadi penting. Dukungan komunitas, kisah sukses sesama pelaku UKM, serta edukasi yang membumi bisa menjadi pemantik perubahan pola pikir ini.
Menuju Ekosistem yang Lebih Inklusif
Transformasi digital UKM sejatinya bukan hanya soal mengadopsi aplikasi atau platform digital, melainkan membangun ekosistem yang mendukung pertumbuhan usaha kecil secara menyeluruh. Ini mencakup kemudahan perizinan, akses modal, pelatihan SDM, infrastruktur digital, hingga dukungan kebijakan yang berpihak.
Pemerintah, dunia usaha, lembaga keuangan, dan masyarakat perlu berkolaborasi agar UKM dapat naik kelas tanpa harus berjalan sendiri. Hanya dengan pendekatan holistik inilah teknologi benar-benar bisa menjadi pengungkit kemajuan UKM, bukan sekadar tren sesaat.
Sebagai tulang punggung ekonomi nasional, UKM layak mendapatkan perhatian lebih dari sekadar ajakan digitalisasi. Mereka membutuhkan dukungan nyata dalam berbagai aspek agar mampu tumbuh, berinovasi, dan berkontribusi lebih besar bagi kesejahteraan bangsa. Sebab, tantangan UKM di era digital tantangan UKM tak semata teknologi—melainkan juga manusia, sistem, dan keberpihakan.