Tangerang, 16 September 2025 – Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi digital tidak hanya sebatas pemasaran daring, melainkan juga menjadi instrumen penting dalam mendorong hilirisasi usaha kecil. Penegasan tersebut disampaikan Asisten Deputi Bidang Produksi dan Digitalisasi Usaha Kecil, Ali, saat membuka kegiatan Pengembangan Produk Melalui Digitalisasi Bagi Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat di Bandung, Jumat (12/9).
Menurut Ali, konsep UMKM Go Digital sering dipahami hanya berkaitan dengan pencatatan keuangan dan promosi online. Padahal, digitalisasi memiliki peran vital dalam memperkuat rantai hilirisasi, mulai dari pencatatan produksi, distribusi bahan baku, hingga penerapan sistem traceability produk yang kini menjadi standar global.
Baca juga: Batik City Run 2025 Satukan Olahraga Budaya dan Edukasi Batik Ramah Lingkungan
“Digitalisasi harus dimaknai sebagai instrumen untuk meningkatkan efisiensi produksi, manajemen rantai pasok, sampai memastikan produk kita memenuhi standar internasional,” ujar Ali.
Meski potensinya besar, Ali mengakui bahwa tantangan digitalisasi UMKM masih signifikan. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain rendahnya literasi digital pelaku usaha, keterbatasan investasi pada peralatan produksi modern, serta minimnya pendampingan teknis yang berkelanjutan.
Untuk itu, Kementerian UMKM menekankan perlunya membangun ekosistem digital yang inklusif dan kolaboratif. Ekosistem ini diharapkan melibatkan pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, hingga komunitas UMKM agar transformasi digital dapat berjalan lebih cepat dan merata.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Asisten Deputi Produksi dan Digitalisasi Usaha Kecil ini juga menghadirkan narasumber dari berbagai kementerian/lembaga, akademisi, profesional IT, serta penggiat UMKM. Melalui diskusi dan berbagi pengalaman, diharapkan lahir rekomendasi konkret untuk memperkuat daya saing UMKM di tengah persaingan global.
Ali menekankan bahwa mayoritas UMKM masih mengandalkan peralatan manual atau semi-manual, sehingga produktivitasnya rendah. Dengan adopsi teknologi digital, produk UMKM diharapkan memiliki nilai tambah yang lebih tinggi, sejalan dengan prioritas RPJMN 2024–2029 yang menekankan pentingnya hilirisasi dan digitalisasi.
Baca juga: Kementerian UMKM Perluas Akses Pendanaan Melalui Program BISLAF untuk Ekosistem Perumahan
Dalam implementasinya, Kementerian UMKM saat ini juga menyiapkan sebuah platform digital berbasis Public-Private Partnership yang akan bersinergi dengan LLP-KUKM (SMESCO). Platform tersebut ditujukan untuk membuka akses yang lebih luas, meningkatkan efisiensi usaha, sekaligus mendorong UMKM naik kelas.
“Harapan kami, platform ini bisa menjadi tulang punggung ekosistem digital UMKM yang inklusif dan kolaboratif. Dengan begitu, pelaku usaha kecil akan lebih mudah mengakses teknologi, meningkatkan kualitas produk, serta memperluas pasar,” tutup Ali.