Tangerang, 22 Juli 2025 – Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) terus berkomitmen dalam melestarikan serta mengembangkan industri batik nasional. Langkah ini tidak hanya bertujuan mempertahankan warisan budaya, tetapi juga meningkatkan kontribusi industri batik terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Direktur Jenderal IKMA, Reni Yanita, menyampaikan bahwa industri batik kini semakin digemari oleh lintas generasi, baik di dalam negeri maupun pasar internasional. Namun, di tengah tingginya permintaan tersebut, muncul tantangan serius dalam menjaga keaslian dan kualitas produk batik. “Kemunculan kain tiruan batik semakin marak, sehingga diperlukan pendekatan strategis berbasis standardisasi agar batik asli tetap terlindungi,” ujarnya.
Baca juga: Kolaborasi Kementerian UMKM Kota Batu Dapat Akses Pembiayaan Inklusif
Standardisasi dianggap sebagai solusi jangka panjang. Reni menjelaskan bahwa pelaku industri batik, khususnya sektor Industri Kecil dan Menengah (IKM), perlu memahami pentingnya penerapan berbagai standar seperti SNI Batik, SKKNI, Batikmark, serta sertifikasi halal dan industri hijau. “Setiap sertifikasi memiliki fungsi penting mulai dari menjamin kualitas, keaslian, kompetensi perajin, hingga akses pasar yang lebih luas,” tambahnya.
Sebagai bentuk edukasi publik dan penguatan pemahaman pelaku industri, Ditjen IKMA bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia (YBI) menggelar Webinar Standardisasi pada Industri Batik pada 7 Juli 2025. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Gelar Batik Nusantara (GBN) dan peringatan Hari Batik Nasional (HBN) 2025. Webinar menghadirkan narasumber dari regulator, praktisi, hingga pelaku industri batik yang berbagi pengalaman dan strategi dalam penerapan standardisasi.
Puncak perayaan GBN dan HBN 2025 akan digelar melalui Pameran Gelar Batik Nusantara di Pasaraya Blok M, Jakarta, pada 30 Juli hingga 3 Agustus 2025. Pameran ini akan menampilkan produk batik unggulan dari berbagai daerah sekaligus menjadi media edukatif mengenai pentingnya menjaga kualitas dan warisan budaya.
Direktur IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan, berharap kegiatan ini dapat memperkuat sinergi antara pelaku usaha, masyarakat, dan pemerintah dalam membangun industri batik yang berkelanjutan dan kompetitif secara global. “Standardisasi adalah kunci keberlangsungan dan profesionalisme industri batik ke depan,” tegasnya.
Baca juga: UMKM Inovatif Pop Ciklus Ubah Sampah Jadi Tas dan Aksesoris Bernilai Tinggi
Hal senada juga disampaikan oleh Rini Handayani, Staf Ahli Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Ia menyoroti pentingnya penguatan industri batik yang banyak melibatkan perempuan. “Mayoritas pelaku IKM batik adalah perempuan, dari perajin hingga kepala keluarga. Peningkatan kapasitas mereka berarti mendorong kesejahteraan keluarga dan masyarakat,” tuturnya.
Dengan sinergi berbagai pihak, batik tak hanya menjadi simbol budaya, namun juga kekuatan ekonomi bangsa yang harus dijaga bersama.