UMKM Kediri Perluas Akses Lewat Business Matching

Tangerang, 21 Juli 2025 – Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri menegaskan pentingnya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memahami preferensi konsumen di negara tujuan ekspor. Hal ini menjadi kunci bagi UMKM untuk meningkatkan daya saing global dan memperluas skala bisnis mereka. Pesan tersebut disampaikan saat Wamendag mengunjungi UMKM Tenun Medali Mas di Kampung Tenun Ikat Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur, Jumat (18/7).

Menurut Wamendag Roro, preferensi konsumen sangat bervariasi tergantung wilayah. “Kain dengan corak ramai sangat diminati di Afrika, namun konsumen Eropa lebih menyukai kombinasi tenun dengan bahan polos. Inilah pentingnya riset pasar dan adaptasi produk agar UMKM bisa masuk dan bertahan di pasar internasional,” jelasnya.

Baca juga: Data Lengkap Kinerja UMKM Kuartal Dua Tahun 2025

Ia juga mendorong UMKM untuk aktif menjalin komunikasi dengan 46 perwakilan dagang (perwadag) Indonesia di 33 negara. Melalui jaringan ini, UMKM dapat mengikuti business matching dan menggali informasi pasar langsung dari negara tujuan.

Kunjungan Wamendag ini turut didampingi Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati dan Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Kemendag Ari Satria. Dalam kesempatan itu, Roro berdialog dengan Siti Ruqoyah, pendiri Tenun Medali Mas, yang kini memberdayakan 15 pekerja perempuan. Siti berharap adanya dukungan regenerasi pengrajin dan fasilitasi pemerintah pusat agar usaha mereka terus berkembang.

Siti juga mengapresiasi kebijakan Pemerintah Kota Kediri yang mewajibkan pemakaian tenun ikat sebagai busana kerja ASN melalui Instruksi Wali Kota Kediri No. 4 Tahun 2010. Kebijakan ini telah membantu memperkuat ekosistem usaha tenun lokal.

Kampung Tenun Ikat Bandar Kidul merupakan sentra kerajinan bersejarah yang telah eksis sejak abad ke-11. Pada 1950-an, perajin lokal berkembang pesat setelah pengusaha Tionghoa memperkenalkan pola motif dan alat tenun bukan mesin (ATBM). Kini, lebih dari 400 perajin mengoperasikan 150 ATBM dan menghasilkan produk kreatif seperti sarung, dompet, tas, baju, hingga suvenir yang telah menembus pasar regional dan internasional, termasuk Timur Tengah dan Singapura.

Baca juga: Tarif Baru Amerika Untungkan Produk Ekspor Indonesia

Selain menjadi pusat produksi, kawasan ini juga dikembangkan sebagai desa wisata dengan paket edukasi, pertunjukan budaya seperti Jaranan Unyil, homestay, dan kuliner lokal seperti tahu takwa dan teh biru telang. Sinergi Pemkot Kediri, DPMPTSP, Dekranasda, dan akademisi turut melahirkan pelatihan dan strategi pemasaran untuk meningkatkan kualitas dan daya jual produk tenun Kediri.

Dengan kombinasi antara pelestarian budaya dan strategi bisnis adaptif, UMKM tenun di Kediri siap menatap pasar global secara berkelanjutan.

Latest articles

spot_imgspot_img

Related articles

spot_img