Tangerang, 28 Juni 2025 — Pasar Gembrong yang dahulu dikenal sebagai surga mainan anak dan ikon Jakarta Timur kini berubah menjadi pasar yang sepi dan banyak toko tutup. Kondisi ini sangat dirasakan oleh ratusan pedagang yang bergantung pada pasar tersebut untuk menghidupi keluarganya.
Terletak di Jatinegara, Pasar Gembrong dulunya selalu ramai dengan pedagang dan pembeli, terutama saat libur panjang sekolah atau momen Lebaran ketika anak-anak memiliki waktu lebih banyak untuk bermain. Namun, kini suasana pasar jauh berbeda. Banyak kios tutup dan hanya sebagian kecil pedagang yang masih membuka tokonya.
Baca juga: Wamenperin Apresiasi SIG sebagai Pelopor Industri Hijau
Menurut pengakuan para pedagang, omzet penjualan mengalami penurunan drastis mencapai 60 hingga 70 persen. “Dulu setiap sudut pasar ini dipenuhi pembeli, sekarang suasananya sunyi dan senyap,” ujar salah satu pedagang. Sebagian besar pembeli yang datang saat ini hanyalah pedagang kecil yang menjajakan mainan ke warung atau lingkungan sekolah.
Penurunan ini tak lepas dari dampak pembangunan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) yang memaksa relokasi pedagang pada tahun 2018. Banyak pedagang yang kehilangan tempat berjualan dan memilih pindah ke ruko di pinggir jalan seberang pasar. Relokasi ini membuat denyut pasar Gembrong semakin melemah dan tidak seperti dulu lagi.
Manajemen Pasar Gembrong mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk menghidupkan kembali pasar, seperti memberikan promo sewa kios dan mengadakan berbagai gebrakan pemasaran. Namun, revitalisasi menyeluruh belum bisa dilakukan karena masih menunggu arahan dan dukungan dari pemerintah daerah.
Baca juga: 86% Konsumen Harap Perusahaan Aktif dalam Isu Iklim dan Sosial
Para pedagang berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih serius untuk mengembalikan Pasar Gembrong sebagai pusat mainan anak yang ramai dan hidup. Jika tidak ada intervensi nyata, dikhawatirkan pasar ini akan benar-benar mati suri dan hilang dari ingatan masyarakat Jakarta.
Pasar Gembrong bukan hanya sekadar tempat berdagang, tapi juga bagian dari sejarah dan kenangan masa kecil banyak warga Jakarta Timur. Kehadirannya yang sepi kini menjadi cermin perlunya revitalisasi pasar tradisional agar tetap lestari di tengah perkembangan zaman.