Tangerang, 17 Juni 2025 – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat pengembangan industri manufaktur nasional melalui transformasi digital, sejalan dengan peta jalan Making Indonesia 4.0. Salah satu sektor prioritas dalam inisiatif ini adalah industri pengolahan kelapa sawit yang dinilai memiliki potensi besar untuk didigitalisasi demi meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan daya saing global.
Sebagai langkah konkret, Direktorat Jenderal Industri Agro Kemenperin mengembangkan Sistem Informasi Produk Sawit dan Turunannya (Siprosatu). Platform ini dirancang sebagai tulang punggung (backbone) pelaporan data neraca massa bahan baku dan produk industri secara real-time. Melalui Siprosatu, proses pengawasan dan pembinaan industri sawit dapat dilakukan lebih akurat dan efisien.
Baca juga: Solusi Logistik Ekspor Indonesia Lewat Sistem Multimoda
“Siprosatu memungkinkan pelacakan rantai pasok produk sawit dari hulu hingga ke konsumen akhir, serta menjaga transparansi dan akuntabilitas terhadap penerimaan negara, konsumsi, transportasi, hingga ekspor produk turunan sawit,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, Jumat (13/6/2025) di Jakarta.
Adapun produk turunan yang akan dimonitor dalam sistem ini meliputi minyak goreng sawit, oleofood, dan biodiesel dari industri CPO dan RFM (Refinery, Fractionation, and Modifications).
Lebih lanjut, Siprosatu dirancang fleksibel untuk terintegrasi dengan berbagai sistem lain, seperti Sistem Informasi ISPO untuk sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil. Dalam pengembangannya, Kemenperin menggandeng PT Siemens Indonesia untuk mendukung digitalisasi ini, khususnya dalam pelatihan dan peningkatan kapasitas SDM industri pengguna Siprosatu.
“Siemens juga ikut memberi masukan dalam proses pengembangan platform Siprosatu, agar percepatan transformasi industri dapat dilakukan secara menyeluruh, mulai dari aspek hardware, software, technoware, infoware, hingga humanware,” tambah Putu.
Baca juga: Ekspor Sepatu Indonesia ke India Capai 227 Ribu Pasang
Transformasi digital ini diproyeksikan memperkuat kontribusi industri agro terhadap perekonomian nasional. Data Kemenperin menunjukkan bahwa pada triwulan I tahun 2025, industri agro tumbuh 4,69 persen dengan realisasi investasi mencapai Rp38,72 triliun. Sebesar Rp21,33 triliun berasal dari penanaman modal asing (PMA), sementara Rp17,39 triliun dari penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Industri agro juga berkontribusi 52,17 persen terhadap PDB industri non-migas dan menyerap tenaga kerja sebanyak 9,37 juta orang. “Industri agro menjadi sektor strategis dalam membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tutup Putu.